
Optimisme Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa
pttogel Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026 bisa menembus angka 6,5%. Pernyataan ini didasarkan pada data kuartal kedua 2025 yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12% secara tahunan. Purbaya menekankan bahwa angka tersebut mencerminkan kekuatan fundamental ekonomi domestik yang solid, terutama didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi dalam negeri.
Menurutnya, pertumbuhan domestik menjadi motor utama perekonomian, dengan konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 62% dari total PDB, sedangkan investasi berkontribusi sekitar 27%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir 90% dari pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari kekuatan internal, sehingga negara relatif tahan terhadap guncangan ekonomi global. Purbaya menegaskan, “Kalau ke depan kebijakan moneter dan fiskal dijalankan dengan tepat, pertumbuhan 6,5% bukan sesuatu yang mustahil dicapai.”
baca juga: baru-satu-laga-gyokeres-sudah-diprediksi-gagal-di-arsenal-analisis-lengkap-debut-striker-hungaria
Mesin Pertumbuhan Ekonomi: Konsumsi dan Investasi
Konsumsi rumah tangga yang tinggi mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap stabilitas ekonomi dan daya beli yang relatif terjaga. Sementara itu, investasi yang kuat menunjukkan bahwa sektor swasta tetap optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah. Sinergi antara konsumsi dan investasi ini menjadi fondasi kokoh yang memungkinkan pemerintah dan lembaga keuangan seperti LPS untuk menargetkan pertumbuhan ambisius pada tahun mendatang.
Selain itu, sektor domestik yang kuat memberikan bantalan terhadap volatilitas eksternal. Fluktuasi ekonomi global, misalnya perlambatan ekonomi di Amerika Serikat atau Eropa, dapat memberikan dampak, namun struktur ekonomi Indonesia yang bergantung pada pasar domestik membantu menahan guncangan tersebut.
Peran Kebijakan Moneter dan Fiskal
Purbaya menekankan pentingnya kebijakan moneter dan fiskal yang mendukung pertumbuhan. Bank Indonesia, melalui kebijakan suku bunga dan likuiditas, dapat merangsang investasi dan konsumsi. Di sisi lain, pemerintah melalui APBN dan program pembangunan infrastruktur mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, dan mendorong sektor usaha kecil dan menengah.
Sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal ini menjadi kunci bagi pencapaian target 6,5%. Menurut Purbaya, dengan langkah-langkah yang tepat, pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4% hingga 6,5% dapat dicapai tanpa tekanan yang berlebihan terhadap stabilitas harga dan inflasi.
Sinergi Publik dan Swasta
Pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada respons sektor swasta. Investasi swasta, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, menjadi katalis utama bagi pengembangan industri, peningkatan produktivitas, dan penciptaan lapangan kerja. Purbaya menyebutkan bahwa jika pemerintah dan sektor swasta bergerak selaras, target pertumbuhan 6,5% bisa diwujudkan dengan lebih mudah.
Kolaborasi ini termasuk percepatan proyek infrastruktur, penguatan sektor manufaktur, peningkatan kapasitas sektor teknologi dan digital, serta dukungan terhadap UMKM agar lebih kompetitif di pasar domestik maupun internasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga meningkatkan kualitas dan keberlanjutan ekonomi.
Tantangan dan Strategi Menghadapi Globalisasi
Meski optimistis, Purbaya menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menghadapi tantangan global, termasuk fluktuasi harga komoditas, gejolak pasar finansial internasional, dan ketidakpastian politik global. Oleh karena itu, strategi mitigasi risiko menjadi penting, antara lain melalui diversifikasi ekspor, penguatan cadangan devisa, dan peningkatan efisiensi anggaran negara.
Selain itu, pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan teknologi yang adaptif juga menjadi faktor penting. Tenaga kerja terampil, inovasi, dan digitalisasi menjadi pendorong pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan.
Dampak terhadap Masyarakat dan Investasi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berdampak positif terhadap masyarakat. Lapangan kerja bertambah, pendapatan rumah tangga meningkat, dan daya beli masyarakat tetap terjaga. Investasi domestik dan asing pun menjadi lebih menarik, karena investor melihat stabilitas dan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Sektor UMKM juga akan mendapat keuntungan melalui peningkatan permintaan produk lokal dan peluang integrasi ke rantai pasok global. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak hanya memperbesar PDB, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulan
Optimisme Ketua LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 bisa menembus 6,5%, bukanlah tanpa dasar. Data kuartal kedua 2025 yang menunjukkan pertumbuhan 5,12%, ditambah dengan kekuatan konsumsi dan investasi domestik, memberikan fondasi yang kuat. Dukungan kebijakan moneter dan fiskal yang tepat, sinergi antara sektor publik dan swasta, serta kesiapan menghadapi tantangan global menjadi kunci bagi pencapaian target ambisius ini.
Jika semua faktor ini berjalan selaras, Indonesia tidak hanya mampu mencapai pertumbuhan tinggi, tetapi juga memperkuat daya saing ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
sumber artikel: